Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

RSS

About This Blog

Bismillahirrohmanirrohim..
Alhamdulillah Blog ini dibuat berdasarkan tugas yang diberikan oleh Dosen saya yang bernama Pak Bambang Ariyanto S.kom , dan dengan adanya blog ini saya dapat membuat blog dengan hasil saya sendiri .
Jazakallah pak :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Sejarah Radiologi Roentgen

Sejarah Radiologi Roentgen

         Roentgen ditemukan oleh Wilhelm Conrad Roentgen tahun 1895, Universitas Wuszburg , Jerman. Mula diketemukan sinar tersebut dinamai sinar x namun oleh ilmuwan saat itu di namai Sinar Roentgen.
Sifat fisik dan kimia sinar x/ Roentgen :
  1. Mempunyai daya tembus terhadap bahan/ obyek , besar. Bahan tersebut makin padat / no atom tinggi , berkurang.
  2. Mempunai sifat pendar fluor.
  3. Menghitamkan film.
  4. Sinar x, sebagian memanttul kesegala arah jika menabrak molekul udara/benda
  5. Bergerak lurus. Maka dibuat kaca timbal.
  6. Mempunyai panjang gelombang rendah/ frequensi tinggi/ energi tinggi.
  7. Ionisasi bagi molekul benda yang tertabrak sinar x .
  8. Sifat biologi belum diketahui.
Karena belum diketahui sifat biologi sinar Roentgen, semua penemu sifat fisik / kimia. sinar tersebut , meninggal dunia dianggab o.k. sifat biologick sinar x/ roentgen.
Diantara puluhan korban sinar x , al :
  1. Albert Schonberg.
  2. Caldwel.
  3. Friedlander.
  4. Bergonie.
  5. Hermann Knoch.
  6. Irene Joliot curie.
Alat sinar x, mulai digunakan di Indonesia sejak tahun 1898 oleh tentara kolonial belanda dalam perang di Aceh dan Lombok. Pada awal abad 20 sinar x ini digunakan RS militer dan RS Jakarta dan Surabaya. Prof B.J. Vander Plats adalah orang Belanda yang bekerja di Jakarta , telah melakukan terapi radiasi / radio terapi disamping radio diagnostik.
Orang Indonesia yang menggunakan sinar Roentgen, bernama R.M. Notokworo yang lulus di Leiden Belanda tahun 1912 dan bekerja di Semarang. Pada tahun 1895 saat ditemukan sinar x, lahir bayi Wilhekmus Zakarias Johanes yang dikemudian hari diangkat menjadi bapak Radiologi. Brevet Radiolog th.1939. Dr. W.Z Johanes juga mendirikan Sekolah Asisten Roentgen., sekarang APRO.
Sejarah perkembangan sinar x dan Radiologi :
  1. Pengunaan sinar x dalam foto polos , dan kontras , termasuk sederana.
  2. Penggunaan foto dengan kontras khusus , intra arteri, phlebografi , dll.
  3. Penggunaan foto dengan kontras lainya.
  4. USG.
  5. DSA.
  6. Interfensi radiology ,temasuk pemecahan batu ginjal.
  7. CT Scan , MRI dan Infra red imaging.
  8. DLL.
Segi- segi fisika / kimia sinar x :
Sinar x adalah pancaran gelombang elektro magnetic dengan panjang gelombang sangat pendek. Gelombang yang di pergunakan dalam dunia kedokteran antara 0,5 A – 0,125 A.
1 A = 10 pangkat -8 cm.
Gelombang electro magnetik lain , gelombang : radio, panas, infra merah, cahaya, ultra violet, sinar x, sinar gama dan sinar cosmic.
Sinar x berasal dari :
  • Tabung sinar x.
  • Bahan alam / buatan yang memancarkan sinar x
Tabung sinar x :
  • Filamen.
  • Tabung hampa udara.
  • Arus listrik kecil
  • Target Anoda voltase tinggi.
  • Window.
  • Selimut tabung
  • Kolimator / diafragma.
  • Arus tabung/ sinar electron/ beta.
Filament dialiri listrik dari transformator hingga menyala ( +/- 2.000 derejat C), maka akan timbul kabut electron. Makin panas , kabut electron makin tebal. Filamen sebagai katoda dan target anoda (+). Maka terjadi percepatan Elektron didalam tabung sinar x. Setelah menabrak target anoda, tenaga gerak electron berubah menjadi sinar x dan panas < 99 %.
Sinax ini memancar ke segala arah, polichomatis , sebagian besar mengarah ke window. Pada window dipasang Filter, yaitu logam AL setebal 0,5 mm. Dipasang juga kolimator/ diafragma, untuk membatasi sinar x keluar tabung. Sinar x yang keluar ini yang dimanfaatkan untuk memotret obyek foto.
Radiografi (pemeriksaan foto roentgen.)
Jenis pemeriksaan roentgen ad 2 macam :
  • Pemeriksaan fluoros kopi / doorlichting , tak dianjurkan lagi.
  • Radiografi.
Untuk pembuatan foto roentgen, dibutuhkan :
I. Perlengkapan untuk Radiografi.
II. Jenis pemeriksaan dan Posisi pemotretan.
III. Pengetahuan pesawat roentgen.
IV. Pengetahuan kamar gelap dan proses terjadinya gambar film.

Ad.I Perlengkapan meliputi :
1. Film roentgen :
  • Lapisan fim.
  • Karacteristik lainya.
  • Jenis- jenis film lainya.
  • Jenis film Roentgen menurut kecepatan.
2. Intensifaying screen 

3. Kaset sinar x., terdiri dari :
  • Bakelit.
  • Intensifaying sceen atas.
  • Intensifaying screen bawah.
  • Lapisan timah.
  • Per dari baja. Yang membuat fil dan screen menempel rapat-rapat.
Kaset harus dijaga agar tidak cepat rusak,maka diperlakukan :
  • Hindari kaset jatuh atau mengalami pukulan.
  • Hindari kaset / sceen dari bahan kimia.
  • Harus tetap kering.
  • Jangan ditumpuk 
Sumber :  http://saulwisnupamungkas.wordpress.com/2010/03/23/sejarah-radiologi-roentgen/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Proteksi Radiasi


PROTEKSI RADIASI

      Proteksi Radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion. 
      Filosofi proteksi radiasi yang dipakai sekarang ditetapkan oleh Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi (International Commission on Radiological Protection, ICRP) dalam suatu pernyataan yang mengatur pembatasan dosis radiasi, yang intinya sebagai berikut: 
  • Suatu kegiatan tidak akan dilakukan kecuali mempunyai keuntungan yang positif dibandingkan dengan risiko, yang dikenal sebagai azas justifikasi
  • Paparan radiasi diusahakan pada tingkat serendah mungkin yang bisa dicapai (as low as reasonably achievable, ALARA) dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial, yang dikenal sebagai azas optimasi
  • Dosis perorangan tidak boleh melampaui batas yang direkomendasikan oleh ICRP untuk suatu lingkungan tertentu, yang dikenal sebagai azas limitasi
     Konsep untuk mencapai suatu tingkat serendah mungkin merupakan hal mendasar yang perlu dikendalikan, tidak hanya untuk radiasi tetapi juga untuk semua hal yang membahayakan lingkungan. Mengingat bahwa tidak mungkin menghilangkan paparan radiasi secara keseluruhan, maka paparan radiasi diusahakan pada tingkat yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan manfaat dari sisi kemanusiaan. 
Menurut Bapeten, nilai batas dosis dalam satu tahun untuk pekerja radiasi adalah 50 mSv (5rem), sedang untuk masyarakat umum adalah 5 mSv (500 mrem).
 
 
sumber :  http://ilmuradiologi.blogspot.com/2012/01/proteksi-radiasi.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TEKNIK PESAWAT RADIOLOGI

PESAWAT SINAR-X MOBILE



      A. Pengetian Pesawat Sinar-X Mobile

Pesawat Sinar-X mobile adalah salah satu jenis pesawat sinar-x yang dapat dipindah-pindah kan dari ruang pemeriksaan keruang lain jika dibutuhkan.


      B. Bagian-bagian Pesawat Sinar-X Mobile

     1.      Bagian Utama

         TABUNG SINAR-X

Pada tabung sinar-x mobile terdapat komponen-komponen yang sama dengan jenis pesawat sinar-x lain, yaitu dua kutub (anoda dan katoda) dan focussing cup.Tabung dalam disebut insert tube. Insert tube diselimuti tabung luar (tube housing). Pada tube housing terdapat window sebagai tempat keluarnya radiasi

         KOLIMATOR

Komponen yang terpasang pada jendela tabung yang berfungsi untuk membatasi lapangan penyinaran agar bisa disesuaikan dengan luas objek dan juga sebagai titik sentrasi lapangan penyinaran.Kolimator dilengkapi dua knop untuk membuka dan menutup pembatas dan lampu untuk membantu menentukan lapangan penyinaran.

         PANEL KONTROL

Komponen untuk mengatur faktor eksposi.Pada panel kontrol biasanya terdapat kV selector untuk mengatur tegangan tabung, mA selector untuk mengatur arus tabung, timer selector untuk mengatur lamanya waktu penyinaran.Indikasi kV, mA, dan focus selector untuk menentukan besar kecilnya fokus.

          HANDSWITCH
           
           Tombolyng digunakan untuk me-ready dan mengekspose.

           GENERATOR

      Satu daya yang menghasilkan tenaga listrik untuk pembangkitan sinar-x.

    2.      Bagian tambahan

     a.  Lengan penopang untuk memudahkan memposisikan tabung
     b.  Pegangan pengemudi dan roda untuk memudahkan  radiografer saat memindahkan pesawat dari ruang           satu   keruang lain
     c.  Bok  kaset untuk meletakkan kaset.


PESAWAT SINAR - X KONVENSIONAL



Pesawat Sinar-X konvensional adalah salah satu jenis pesawat Sinar-X yang digunakan untuk radiografi.Arti konvensional di sini, menunjukkan jenis pesawat dari pergerakannya, dimana pesawat konvensional pergerakannya terbatas pada stasionernya dan bedanya dgn pesawat mobile tidak dapat berpindah dari suatu ruangan keruangan lain .

Pada  tabung sinar-x terdapat dua kutub, yaitu anoda (+) dan katoda (-).Pada katoda, terdapat kawat filamen sebagai sumber elektron dan focusing cup untuk mengarahkan berkas elektron ke target.Pada Anoda, terdapat target tumbukan yang terbuat dari tungsten yang terhubung dengan motor (rotor+stator) agar anoda bisa berputar (untuk jenis rotating anode). Tabung dalam ini disebut “Insert Tube”.Kemudian tabung  dalam ini diselimuti tabung luar yang disebut “Tube Housing”.Pada Tube Housing terdapat jendela sebagai tempat keluarnya radiasi.  

KOLIMATOR

Kolimator adalah komponen pesawat yang terpasang pada jendela tabung yang berfungsi untuk membatasi lapangan penyinaran agar bisa disesuaikan dengan luas objek dan juga sebagai penentu titik sentrasi lapangan penyinaran.Kolimator dilengkapi dua knop untuk membuka dan menutup pembatas, dan lampu untuk membantu menentukan lapangan penyinaran.  

  
PANEL KONTROL

Panel Kontrol adalah komponen untuk mengatur faktor eksposi. Pada panel kontrol biasanya terdapat kV selector (untuk mengatur tegangan tabung), mA selector (untuk mengatur arus tabung), timer selector (untuk mengatur lamanya waktu penyinaran), indikasi untuk kV dan mA,  dan focus selector (untuk memilih fokus besar atau kecil).


PENGOPERASIAN PESAWAT


  •     Menghubungkan steker ke stop kontak
  •     Menyetel kunci kontak pada  modus radiografi
  •     Menekantombol power padaposisi ON
  •      Mengatur kV dan mAs dengan menekan tombolSetting kV   dan setting mAs
  •      Mengatur medan radiasi dengan menekan tombol lampu  pada panel operasi atau pada kolimator dan putar knob untuk mengatur luas ekposi
  •       Menekan ready pada handswitch
  •       Menunggu sampai indikator ready pada panel operasi menyala
  •       Menekan tombol exposi pada handswitch untuk membangkitkan sinar-x

PEMBANGKIT SINAR-X
•    Ketika tombol ready ditekan, terjadi pembangkitan arus kefilamen sehingga elektron pada kawat filamen melepas kan elektron yang berkumpul menjadi awan elektron
•     Selainitu, piringan anoda juga berputar ketika di ready
•     Ketika tombol eksposi ditekan,  maka tegangan dialirkan ke anoda dan katoda sehingga terjadi beda  potensial antara dua kutub tersebut
•     Beda  potensialtersebutmenyebabkanelektronbergerakkearah target sehinggaterjaditumbukan
•     Pada saat tumbukan terjadi interaksi radiasi dengan materi yaitu proses “Sinar-X Bremsstrahlung “  atau “Sinar-X Karakteristik” yang menghasilkan Sinar-X
•      Sinar-X tersebut keluar melalui jendela tabung dan melalui kolimator

Sumber : Buku Catatan







  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TEKNIK RADIOGRAFI

Teknik Radiografi

MAKALAH TEKNIK RADIOGRAFI

"Pada Pemeriksaan ELBOW JOINT & OS SCAPULA"


OLEH :

AZISAH

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

 (ATRO) MUHAMMADIYAH MAKASSAR



KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim
Assalamu alaikum wr.wb
            Alhamdulillah…Alhamdulillahirobbil ‘alamiin Puji Syukur atas kehadirat ALLAH SWT.Yang telah memberikan kita Taufik dan HidayahNya sehingga penulisan laporan study kasus yang berjudul “Teknik Pemeriksaan Pada Kasus Elbow Joint dan Os Scapula dapat diselesaikan.
Sangat disadari makalah ini diselesaikan hanya dengan petunjuk dari Allah SWT, penulis juga menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dan banyak keterbatasan sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat konstruktif dan membangun sehingga terarah pada kesempurnaan tulisan ini kemudian dapat menjadikan pembelajaran kepada penulis pada tugas-tugas selanjutnya.
                Penulispun tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan materi sehingga penyusunan tugas ini dapat terselesaikan kepada :
1.      Allah SWT atas nikmat kesehatan dan kesempatan.
2.      Orang tua yang memberikan bantuan secara moril dan materil serta do’anya yang selalu tercurah.
3.      Dosen Teknik Radiologi dan dosen pembimbing.
4.      Kakak – kakak senior yang juga membimbing dalam pembuatan tugas.

Akhir kata penulis sangat mengharapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai bahan referensi dan pembelajaran di bidang radiologi, penulispun mengharapkan agar karya tulis ini juga dapat menjadi pemandu dalam pembuatan tugas-tugas selanjutnya. 
Wassalamu alaikum wr.wb.

  Makassar, 07 Novomber  2013

                                                                                                                                                        Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pemeriksaan Radiologi saat ini semakin berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kedokteran. Pemeriksaan  radiologi itu sendiri memiliki peran penting dalam bidang kedokteran yaitu mendiagnosa suatu penyakit.

Pada saat ini organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat diperiksa secara Radiologi, bahkan dengan ditemukannya kontras media yang berguna memperlihatkan kelainan pada organ sehingga dapat didiagnosa. Pemeriksaan Radiologi secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu Pemeriksaan Radiologi tanpa kontras media dan Pemeriksaan Radiologi dengan menggunakan kontras media.

Pemeriksaan elbow joint merupakan salah satu pemeriksaan radiologi yang menggunakan tanpa kontras media untuk melihat kelainan pada daerah persendian. Pemeriksaan elbow joint adalah pemeriksaan untuk memperlihatkan dislokasi pada elbow joint.

Pada umumya pemeriksaan elbow joint merupakan pemeriksaan yang jarang dijumpai dirumah sakit. Berdasarkan uraian di atas maka kami tertarik untuk mengkaji lebih jauh dan mengangkatnya sebagai Laporan Kasus dengan judul “ TEKNIK PEMERIKSAAN ELBOW JOINT& OS SCAPULA ”.


B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana persiapan yang dilakukan pada teknik pemeriksaan elbow joint dan os clavicula?
2.      Bagaimana interprestasi foto pada teknik pemeriksaan elbow joint dan os clavicula?

C.      Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan iniadalah sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui teknik pemeriksaan elbow joint dan os clavicula
2.      Untuk mengetahui hasil  teknik pemeriksaan elbow joint os clavicula


D.      Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1.    Bagi Penulis
Untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang penatalaksanaan teknik pemeriksaan elbow joint dan os clavicula
           
2.    Bagi Akademik
Dapat dijadikan sebagai acuan literatur atau bacaan oleh mahasiswa ATRO Muhammadiyah Makassar.

3.    Bagi Rumah Sakit
Sebagai pertimbangan untuk melakukan teknik pemeriksaan elbow joint dan os clavicula


BAB II
TEKNIK PEMERIKSAAN

2.1.Alat & Bahan

1.      Pesawat  X-Ray lengkap dengan panel control
2.      Film
3.      Kaset
4.      IS
5.      Grid
6.      Marker
7.      Apround
8.      Alat yang berkaitan dengan processing

2.2.Anatomi dan Patologi

A.    Elbow Joint

a.      Anatomi



b.      Patologi


  • Ø  Corpus liberum: Nyeri kejut pada sendi siku yang bersifat menusuk. Setelah merasa nyeri tersebut akan merasa peka selama beberapahari kemudian hilang.
  • Ø  Bursinitis olecrani: Pembengkakkan pada olecranon yang berbentuk cembung.
  • Ø  Epycondylus lateralis: Gangguan siku pada bagian lateral.
  • Ø  Dislokasi: Bergesernya sendi pada tempatnya.


B.     Os Clavicula

a.      Anatomi







b.      Patologi

Penyebab Fraktur Clavicula :

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang. Clavicula merupakan salah satu tulang yang sering mengalami fraktur apabila terjadi cedera pada bahu karena letaknya yang superfisial. Pada tulang ini bisa terjadi banyak proses patologik sama seperti pada tulang yang lainnya yaitu bisa ada kelainan kongenital, trauma (fraktur), inflamasi, neoplasia, kelainan metabolik tulang dan yang lainnya. Fraktur Clavicula bisa disebabkan oleh trauma pada bahu akibat kecelakaan lalu lintas maupun karena jatuh, namun kadang dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor nontraumatik. Berikut beberapa penyebab fraktur Clavicula, yaitu :

  • Fraktur Clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama               proses melahirkan.
  • Fraktur Clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari                   ketinggian dan yang lainnya.
  • Fraktur Clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama, misalnya pada                       pelajar yang menggunakan tas yang terlalubera
  • Fraktur Clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien postradioterapi, keganasan                dan lain-lain.

Klasifikasi Fraktur Clavicula

      Klasifikasi fraktur Clavicula yang perlu diketahui secara radiologis adalah Sebagai berikut :

     a). Fraktur Mid Clavicula (Fraktur 1/3 Tengah Clavicula)

Fraktur ini merupakan fraktur yang paling sering dijumpai. Mekanisme trauma pada fraktur ini berupa trauma langsung maupun tak langsung (dari lateral bahu).


  b). Fraktur 1/3 Lateral Clavicula

Fraktur ini merupakan fraktur tersering kedua yang dijumpai. Mekanisme trauma pada fraktur ini inibiasanya karena kompresi dari bahu

    c). Fraktur 1/3 Medial Clavicula

Fraktur ini merupakan fraktur yang paling jarang dijumpai. Mekanisme trauma pada fraktur ini dapat berupa trauma langsung dan trauma tak langsung pada bagian lateral bahu yang dapat menekan Clavicula ke Sternum, misalnya jatuh dengan tangan dalam posisi abduksi.





A.    Teknik Pemeriksaan

1.Teknik Pemeriksaan Elbow Joint

a.      Proyeksi

v  Proyeksi AP

ü  PP (Posisi Pasien)  = Pasien duduk disamping meja pemeriksaan 
ü  PO (Posisi Objek) = Ekstensikan tangan pasien dengan bagian atas lengan menempel pada kaset Luruskan siku pasien agar epicondyles humerus dan permukaan anterior siku sejajar dengan kaset untuk lapangan kolimasinya dari 1/3 Proksimal Antebrachii sampai distal Humerus.
ü  Ukuran kaset = 18x24 vertikal atau 24x30 untuk dua gambaran Horizontal
ü  CR = Tegak lurus Vertikal
ü  CP = Elbow 
ü  FFD = 90-100 cm

v 
Proyeksi Pemeriksaan Lateral

  • PP (Posisi Pasien) = Pasien duduk di samping meja pemeriksaan dengan menempatkan antebrachii     di atas kaset
  •  PO (Posisi Objek) = Posisikan lengan pasien Fleksi 90 derajat pastikan epicondylus humerus tegak    lurus terhadap bidang kaset. atur lapangan kolimasi dari 1/3 Proksimal Antebrachii sampai Bagian        distal Humerus.
  • Ukuran Kaset = 18x24 Vertikal dan 24x30 untuk dua gambaran Horizontal.
  •  CR = Tegak lurus Vertikal
  •  CP = Pada mid (Pertengahan) Elbow joint atau 4cm di atas Process Olecranon.
  • FFD = 90-100 cm


b.      Hasil Foto

Ø  Proyeksi AP










Ø  Proyeksi Pemeriksaan Lateral 



2.Teknik Pemeriksaan Os Clavicula

v  Proyeksi AP

  • PP (Posisi pasien)    : pasien berdiri dengan kaset vertikal di belakang sendi bahu yang difoto atau tidur telentang di atas meja pemeriksaan dan kaset diletakkan horizontal di bawah sendi bahu yang akan difoto.
  • PO (Posisi objek)     : sendi bahu yang tidak difoto diganjal sedikit, bahu yang                                         difoto punggungnya menempel pada kaset dan lengan lurus                                   ke bawah di samping tubuh.
  • CR     : horizontal apabila pasien berdiri dan vertikal apabila pasien tiduran.
  • CP      : pada pertengahan os clavicula
  • FFD    : 90 cm
  • Kaset   : 24 x 30 cm
  • Kriteria radiograf : tampak gambaran AP Os clavicula dengan ujung proximal                                     mengalami superposisi dengan costae.


v  Proyeksi PA

ü    Posisi pasien    : pasien berdiri dengan kaset vertikal di depan sendi bahu yang  difoto atau pasien  tidur telungkup dengan posisi kaset horizontal di bawah sendi  bahu yang tidak difoto.
ü    Posisi objek     : tepi anterior bahu yang akan difoto menempel kaset, kepala                                     menengadah, lengan lurus ke bawah di samping tubuh.
ü  CR        : horizontal jika pasien berdiri dan vertikal jika pasien telungkup.
ü     CP        : pada superior angle scapula
ü     FFD      : 90 cm
ü     Kaset     : 24 x 30 cm
ü  Kriteria radiograf : tampak gambaran PA Os clavicula dengan ujung proximal                                    mengalami superposisi dengan costae dan sedikit mengalami perubahan bentuk dibanding proyeksi    AP.


BAB III

PENUTUP

4.1.KESIMPULAN

Dari hasil analisa diatas maka dapat disimpulkan bahwa :

Elbow joint adalah persendian yang paling sering mengalami cidera pada orang dewasa. Pemeriksaan elbow joint dilakukan dengan tiga cara yaitu dengan proyeksi AP, Lateral yang akan memperlihatkan tampilan berbeda-beda dalam pemberian diagnose yang tergantung kebutuhan..
           Scapulae merupakan tulang pipih yang berjumlah sepasang dan berbentuk segitiga. Dengan demikian, scapulae mempunyai tiga sisi atau tepi, yaitu margo vertebralis (medialis), margo axilaris (lateralis), dan margo cranialis (superior). Tulang ini juga mempunyai tiga sudut, yaitu angulus medialis/superior, angulus lateralis dan angulus inferior. Pada angulus lateralis terdapat dataran sendi besar dan oval yang disebut cavitas glenoidalis. Di sebelah cranial cavitas ini terdapat tonjolan kasar yang disebut tuberculum supraglenoidale dan di bawahnya terdapat tuberculum infraglenoidale.



4.2.SARAN

Teknik radiografi khususnya elbow joint dan os scapula agar memberikan informasi tepat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam suatu pemeriksaan atau diagnose. Radiographer hendaknya mampu memposisikan pasien senyaman mungkin dan mengambil gambar dengan tepat sehingga dapat meminimalkan terjadinya pengulangan foto, diperlukan pula ketelitian dari radiographer mulai dari pengambilan foto, pemprosesan kamar gelap, sampai pengeringannya agar diagnosa nantinya dapat ditegakkan dengan akurat.



DAFTAR PUSTAKA


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS